Kasih Dan Sayang Kepada Orang Yang Tepat
Pada tahun 1990-an, hiduplah seseorang yang bernama Sanjaya. Ia hidup dengan 9 saudaranya, orang tua mereka telah lama meninggal dunia dan kini Sanjaya lah yang menafkahi adik-adiknya.
Sanjaya anak ke-1 dan Sanjaya dari kecil sudah terlatih mandiri dan bertangung jawab. Meski Orangtua mereka sudah pergi selamanya, Sanjaya tetap berusaha yang terbaik untuk adik-adiknya supaya mereka bisa makan dan bersekolah. Sanjaya pernah bermimpi bahwa adik-adiknya kelak akan meninggalkan Sanjaya ketika besar nanti, tetapi Sanjaya tidak memikirkan mimpi itu.
Hari-hari berlalu Sanjaya kini semakin bertumbuh besar dan ia sekarang berjualan es lilin keliling. Adik-adiknya tidak pernah membantu Sanjaya berjualan yang dipikirkan adiknya hanyalah Kegengsian karena kakak nya berjualan es lilin. Sanjaya sangat terpukul ketika orang yang sangat dicintai Sanjaya, telah meninggal dunia yaitu kakek Sanjaya. Dari kejadian itu Sanjaya selalu merenung tetapi Sanjaya tetap bertanggung jawab menyekolahkan adik-adiknya.
Sekarang umur Sanjaya 18 tahun, dan ia sudah bekerja disuatu pabrik yang berada di bandung. Ia bekerja demi menafkahi adik-adiknya yang sekarang sudah memasuki sekolah menengah pertama, Sanjaya Slalu bekerja keras dan belajar demi masa depan adiknya. Suatu ketika dipabrik telah terjadi kemancetan dan pabrik meliburkan seluruh pegawai karna akan memperbaiki sumber kemacetan itu. Sanjaya pun bingung ia harus bekerja apa untuk mendapatkan uang dan membayar sekolah adiknya. Sanjaya lalu berdoa kepada Allah " Ya, allah engkau maha pemurah lagi maha penyayang berikan lah hamba pekerjaan yang halal untuk membayar sekolah adik-adik hamba ya allah." Tiba-tiba ada seseorang datang dihadapan Sanjaya yaitu tetangganya dan menawarinya pekerjaan mengurus ayam nya 1 minggu karena tetangganya harus pergi keluar kota, dan Sanjaya pun menerima pekerjaan itu dan ia mendapatkan upah yang lumayan. Sanjaya sangat bersyukur karena doanya telah dikabulakan, dan ia langsung sujud syukur kepada Allah SWT. Hari pertama mengurus ayam dimulai, Sanjaya amat memperhatikan ayamnya dan mengasih makan ke ayamnya. Saat malam tiba Sanjaya tidak tidur karena Sanjaya tau kalau ditempat itu rawan maling, daripada Sanjaya bengong lalu Sanjaya Sholat isya dan bersholawat. Sampai 7 hari kedepan Sanjaya begitu dan ia tidak tidur sama sekali. Lalu ke esokan harinya pemilik ayam itu pulang dan membawakan Sanjaya oleh-oleh sebuah makanan khas daerah Sokaraja yaitu getuk goreng yang lumayan banyak, dan pemilik ayam pun memberi gaji selama 1 minggu karena mengurus ayamnya. Sanjaya pun sangat berterimakasih karena selama sanjaya bekerja ia baru melihat orang yang amat baik kepadanya. Sanjaya pun Langsung pulang dan mengasih makanan itu kepada adik-adiknya yang sedang menanti Sanjaya pulang.
Hari-hari yang Sanjaya lalui itu sangat amat berat ia harus bekerja dan harus mengasih makan kepada adiknya, ya walau adiknya sudah besar tetapi Sanjaya tidak mengizinkan adiknya mencari uang. Sanjaya hanya ingin adik-adiknya kelak akan menjadi orang sukses dan tidak seperti dirinya. Sanjaya tidak memiliki gelar apapun dan ijasah sd atau smp atau lainya, tetapi semangat Sanjaya sungguh besar untuk membesarkan adik-adiknya.
Sanjaya sekarang sudah berumur 20 tahun, dan ia sudah beringinan menikah dan ingin meminang seseorang pujaan hatinya yang sekian lama Sanjaya Cintai yaitu seorang gadis desa yang bernama Sri Rahayu. Tetapi Sanjaya berpikir apakah adik-adiknya bisa hidup tanpa dirinya dan apakah bisa melanjutkan sekolahnya hingga sarjana nanti, Sanjaya saat itu sangat bingung sekali dan akhirnya ia ke makam almarhum kakeknya dan ia berdoa dan mengungkap kan keluh kesahnya kepada makam kakeknya. Tanpa disangka adik Sanjaya yang bernama Satrio datang juga ke makam almarhum kakeknya dan mendengar keluh kesahnya yang ia lontarkan itu, Satrio terdiam mendengarnya dan berfikir ia harus apa sekarang.
Keputusan Sanjaya sudah bulat dan ia harus menikahi pujaan hatinya namun ia juga harus menafkahi adik-adiknya juga. Dan karna keputusannya tidak bisa diubah lagi ia pun bilang kepada adik-adiknya bahwa Sanjaya akan menikah dan ia tetap menjalankan tugasnya dengan baik, namun Satrio membantah "sudah tidak apa, biar aku yang mengantikan kakak untuk menafkahi dan mencukupi kebutuhan adik-adik", Satrio pun sangat terharu sampai ia meneteskan air mata. Sanjaya pun akhirnya menikah dan setelah beberapa tahun ia memiliki anak.
Beberapa tahun kemudian tepatnya ketika Satrio berumur 20tahun ia sudah sukses dan berhasil membuat semua adiknya sarjana, dan ia berfikir untuk mengunjungi kakanya tetapi ia tidak tau kalau kakaknya tinggal dimana. Satrio pun mencari keberadaan kakaknya namun tidak ada yang tau, lalu Satrio putus asa ia bingung haris gimana lagi mencarinya. Setelah sekian lama mencari ia selalu berdoa dalam sholatnya dan meminta kepada Allah S.W.T supaya ia dipertemukan oleh kakanya yang bernama Sanjaya. beberapa bulan kemudian Satrio akhirnya dipertemukan oleh Sanjaya dan Satrio sangat pangling kepada Sanjaya, dan Sanjaya menceritakan kehidupannya selama ini bahwa istrinya sudah meninggal dunia dan Sanjaya kini hidup berdua bersama anaknya. Satrio pun amat sedih dan ia bicara kepada Sanjaya " kakak sekarang tinggal Satrio berbalas budi kepada kakak karena selama Satrio kecil kakak slalu mencukupi kebutuhan Satrio dan slalu berjuang untuk adik-adik, Sekarang Satrio ingin kakak tinggal bersama Satrio juga adik-adiknya dan memulai hidup baru yang lebih baik dari sebelumnya", Sanjaya pun terharu mendengar Satrio bicara seperti itu dan ia pun bicara "baiklah" sambil menganggis terharu.
Akhirnya Sanjaya pun hidup dengan Adik-adiknya dan 1 anaknya dengan bahagia.
Amanat dari film ini adalah slalu berbuat baik lah kepada semua orang karna kita tidak tau perbuatan kecil apa yang bisa mengantar kita dalam kebahagiaan terbesar, dan jangan pernah malas untuk berbuat kebaikan apapun itu selagi kita bisa sebaiknya kita harus lakukan asal dalam kebaikan.
Terimakasih ...
Selamat menikmati alur cerpen diatas...
Dan makasih sudah membacanya..
Ku Harap kalian slalu bersyukur..
Komentar
Posting Komentar